Kasus Diabetes Melitus
(Patient
with New Onset Type 2 Diabetes Mellitus)
Seorang
pasien wanita bernama AC merasa sering lelah, sering buang air kecil, dan
kehausan. Kadar glukosa puasanya 250 g/dl, HbA1c 9,6%, tekanan darah 145/88mm
Hg, LDL-c 187 mg/dl. Tinggi nyonya AC 5’3” dan tinggi 180 lbs, BMI 31,9. Nyonya
AC berusia 43 tahun, ras Amerika Afrika, tidak minum alkohol dan merokok. Pasien
memiliki DM gestasionalpada kehamilan kedua dan ketiganya. Ibu dan nenek pasien
menderita DM, ayah pasien meninggal karena infark miokardia pada usia 49 tahun,
dan ibu pasien meninggal karena stroke pada usia 76 tahun. Inisial terapi
pasien yaitu dengan metformin 500 mg perhari, kemudian pasien diminta untuk
memodifikasi gaya hidup, dan pasien juga diedukasi mengenai penyakit, terapi,
dan komplikasinya. Tiga bulan kemudian pasien datang kembali, kadar gula darah
puasa pasien 160 mg/dl, HbA1c 8,6%, namun LDL-c, BP, dan berat badan tidak
berubah signifikan. Pasien mendapat terapi tambahan 20 mg/hari lisinopril dan
40 mg/hari simvastatin. Setelah 1 tahun, LDL-c dan BP pasien mengalami
penurunan, namun kadar gula darah puasa pasien kembali meningkat (180-200 mg/dL
dan HbA1c > 8%). Pasien mengakui sering lupa minum obat karena sibuk dan
lupa. Terapi pasien diubah, pasien diberikan 1500 mg/hari metformin dan 4
mg/hari glimepirid. Setelah terapi selama 3 bulan kadar gula darah puasa pasien
130 mg/dL, LDL-c 100 mg/dL, dan BP 130 mg/dL.
Analisis
SOAP
A.
Subjek
AC wanita berusia 43 tahun
1. Patien
medical history
-
DM gestasional saat kehamilan kedua dan
ketiga
2. Social
history
-
Tidak merokok
-
Tidak minum alkohol
3. Medication
-
500 mg metformin 2 kali sehari
-
Diminta untuk melakukan perubahan pola
hidup (menurunkan berat badan)
Tiga bulan kemudian
-
20 mg/ hari lisinopril
-
40 mg/hari simvastatin
-
500 mg metformin 2 kali sehari
-
Diminta untuk melakukan perubahan pola
hidup (menurunkan berat badan)
Setahun kemudian
-
20 mg/ hari lisinopril
-
40 mg/hari simvastatin
-
1500 mg/hari metformin
-
4 mg/hari glimepirid
4. Physical
examination
-
BMI :
31,9 kg/cm2 - Tinggi : 5’3”
-
BP :
145/88 mm Hg - Berat : 180 lbs
B.
Objek
Data laboratorium enam bulan yang
lalu
Saat datang
|
Nilai Uji
|
Normal
|
FPG
|
250 mg/dL
|
< 100 mg/dL
|
LDL-c
|
187 mg/dL
|
< 100 mg/dL
|
HbA1c
|
9,6%
|
< 6,7%
|
3 bulan kemudian
|
||
FPG
|
160 mg/dL
|
< 100 mg/dL
|
HbA1C
|
8,6%
|
< 6,7%
|
Setelah 1 tahun terapi
|
||
FPG
|
180-200 mg/dL
|
< 100 mg/dL
|
HbA1C
|
>8%
|
< 6,7%
|
Setelah 1 tahun 3 bulan
|
||
FPG
|
130 mg/dL
|
< 100 mg/dL
|
LDL-c
|
100 mg/dL
|
< 100 mg/dL
|
A. Assesment
Dari data yang
diberikan, diketahui pasien memiliki DM gestasional saat kehamilan pertama dan
kedua namun tidak disebutkan pada usia berapa. Penderita DM gestasional berisiko
lebih besar untuk untuk menderita lagi diabetes dikemudian hari. Pasien merasakan
kelelahan, kehausan, dan sering huang air kecil merupakan tanda atau gejala
dari diabetes melitus yang diderita.
Etiologi DM Tipe
2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas. Faktor
genetik (ibu dan nenek menderita DM) dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas (BMI pasien 31,9 =
obesitas tingkat 1), diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak
badan. Obesitas merupakan salah satu faktor pradisposisi utama. Penelitian
terhadap mencit dan tikus menunjukkan bahwa ada hubungan antara gen-gen yang
bertanggung jawab terhadap obesitas dengan gen-gen yang merupakan faktor
pradisposisi untuk DM Tipe 2.
Penyakit
hipertensi pasien merupakan sekunder yang disebabkan berat badan pasien yang
termasuk kategori obesitas kelas I (BMI > 30), pertambahan usia, serta
penyakit diabetes melitus. Hipertensi pasien merupakan hipertensi tahap 1.
Klasifikasi hipertensi dijelaskan pada gambar 1.
Gambar 1. Klasifikasi tekananan darah
pada orang dewasa (>18 tahun)
Diabetes melitus
dan obesitas yang diderita pasien saling berhubungan satu sama lain yang
diterangkan dalam gambar 2.
Gambar 2. Klasifikasi berat badan berlebih dan
obesitas dari BMI, lingkar pinggang, dan resiko penyakit yang berhubungan
Menurut Dipiro (2009) pasien berpotensi untuk tekena
CHD selain itu riwayat keluara pasien menunjukkan ayah pasien meninggal karena
infark miokardia. Diabetes melitus menyebabkan abnormalitas karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin ataupun penurunan
sensitivitas insulin. Abnormalitas metabolisme lemak menyebabkan hiperlididemia
pada pasien (LDL-c > 100 mg/dl).
A.
Plan
and Evaluation
Tujuan dari terapi farmakologi
yaitu untuk menormalkan gula darah, tekanan darah, dan profil lipid pasien
serta untuk mencegah terjadinya Coronary
Heart Disease (CHD).
1.
Diabetes Melitus tipe 2
Target
terapi diabetes melitus pasien yaitu kadar gula darah puasa 110-130 mg/dL dan
HbA1c < 7%. Fisrt line drug dalam
terapi pengobatan diabetes melitus tipe 2 antara lain sebagai berikut:
Gambar 3. Algoritma
terapi diabetes melitus tipe 2
Dalam kasus ini dokter
memberikan 500 mg metformin 2 kali sehari kepada pasien sebagai first line drug. Metformin menghambat
proses glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa jaringan.
1.
Metformin
Dosis inisial 500 tiap 12 jam atau 850 mg perhari, ditingkatkan
tiap 2 minggu.
Dosis pemeliharan yaitu 1500-2250 mg perhari, dibagi tiap 8-12
jam.
|
Setelah 3 bulan terapi,
terjadi penurunan kadar gula darah puasa pasien menjadi 160 mg/dL dan hasil
pengujian HbA1c pasien yaitu sebesar 8,6%. Pasien sering lupa meminum obatnya,
sehingga setelah 1 tahun terapi gula
darah puasa pasien tidak mengalami perbaikan dengan kisaran kadar 180-200 mg/dL
dan HbA1c >8%. Karena target terapi tidak tercapai, dokter mengubah terapi DM
dengan memberikan 1500 mg/hari metformin
dan sulfonil urea 4 mg/hari glimepirid.
2.
Metformin
Dosis : 500 mg 2 kali sehari
3.
Glimepirid
Dosis : 4mg/hari
|
Setelah 3 bulan terapi
dan konseling yang intensif kadar gula darah pasien mengalami penurunan menadi
130 mg/dL. Ini berarti, target terapi DM tipe 2 pasien sesuai harapan.
2.
Hipertensi
Pasien menderita
hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2, maka target tekanan darah menurut
JNC8 yang harus dicapai setelah terapi yaitu sebesar < 140/80 mm Hg.
Algoritma terapi hipertensi menurut JNC8 yaitu sebagai berikut:
Gambar 5.
Algoritma terapi hipertensi dengan diabetes menurut JNC8
JNC8 merekomendasikan diuretik tiazid sebagai fisrt line drug untuk terapi hipertensi,
adanya diabetes melitus tipe 2 menyebabkan peningkatan aktivitas RAAS sehingga
pemilihan ACEi merupakan pilihan yang lebih baik. ACEi akan menginhibisi
angiotensin I menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat dan stimulus
aldosteron. Inhibitor ACE juga mencegah sintesis senyawa vasokonstriktor
lainnya seperti prostaglandin E2 dan prostasiklin. Dalam kasus ini dokter
memutuskan memberikan ACEi lisinopril untuk terapi
1. Lisinopril
Dosis
2,5 mg/hari ditingkatkan menjadi 10 mg/hari diminum setelah/sesudah makan
pada pagi hari.
|
Setelah 1 tahun 3
bulan, tekanan darah pasien menjadi 130/80 mm Hg. Target terapi hipertensi
pasien telah tercapai.
3.
Hiperlipidemia
Firts
line terapi untuk hiperlipidemia menurut CPHCS Care Guide (2011) yaitu sebagai
berikut:
Gambar
7. Algoritma terapi hiperlipidemia
Golongan statin efektif menurunkan kadar
kolesterol total dan LDL dan merupakan terapi utama untuk mayoritas pasien
hiperlipidemik. Statin adalah inhibitor HMG KoA reduktase yang memblok sintesis
kolestrol. Dokter memberikan obat anti hiperlipidemia golongan
statin (Simvastatin 40mg/hari) untuk menurunkan profil lipid pasien. Setelah 1
tahun 3 bulan, terapi hiperlipidemia pasien mencapai target.
1.
Simvastatin
Dosis 40 mg perhari obat diminum setelah atau sebelum makan
sebelum tidur
|
Drug
Related Problem dalam
Kasus 1
Analisis DRP:
1.
Indikasi
tanpa obat
Dalam kasus ini pasien menderita
obesitas tingkat 1, menurut algrtma terapi pasien merupakan penderita obesitas
tingkat 1 dengan faktor risiko hipertensi, dislipidemia, dan DM, terapi yang sebaiknya
diberikan yaitu obat dan penurunan berat badan.
Dokter menyarankan pasien untuk
menurunkan berat badan, namun tidak terjadi perubahan signifikan terhadap berat
badan pasien. Selanjutnya, dokter dapat memberikan orlistat.
2.
Obat
tanpa indikasi
Tidak ditemukan
3.
Ketidaktepatan
pemilihan obat
Tidak ditemukan ketidaktepatan
pemilihan obat.
4.
Dosis
obat kurang atau berlebih
Tidak ditemukan
5.
Interaksi
Obat A
|
Obat B
|
Tingkat
|
Interaksi
|
Lisinopril
|
Glimepirid
|
Signifikan
|
Lisinopril meningkatkan efej
glimepirid melalui mekanisme sinergisme farmakologi.
** tidak perlu dilakukan
pergantian obat, lakukan monitoring terhadap pasien.
|
6.
Efek
samping
Tidak ditemukan
7.
Kegagalan
terapi
Tidak ditemukan
Saran
1.
Modifikasi
Lifestyle
Penurunan
berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu
penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar
HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap
kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu
harapan hidup. Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya
diperhatikan.
Masukan
kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber
lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak
asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein
sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe,
karena tidak banyak mengandung lemak.
Masukan
serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per
hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat
yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar
yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih.
Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya
kaya akan vitamin dan mineral.
2. Olahraga
Berolah
raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal.
Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara
teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Adapun olahraga yang
dapat dilakukan seperti jalan pagi, lari pagi, bersepeda, dan berenang.
DAFTAR PUSTAKA
America Diabetes Association. (2008). Standard of Medical Care in Diabetes.
America: America Diabetes Association.
Davis, S.N. 2007. Case Study: Patient with New Onset Type 2 Diabetes
Mellitus. University of Tennessee Advanced Studies in Pharmacy.
Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Diabetes Melitus. Departeman
Kesehatan.
Dipiro, J.T., et al. (2009). Pharmacotherapy Casebook. USA: The Mc. Graw Hill Company.
Dipiro, J.T., et al. (2005). Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach. USA: The Mc. Graw Hill
Company.
Koda Kimble, M.A., Carlisle B.A., & Kroon, L.A.
(2005). Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs. Philadephia: Lippincott
Williams & Wilkins.
National Instituti for Health and
Clinical Excellence. (2006) Hypertension,
Management of Hypertension in Adult in Primary Case. London: NICE.
National Cholesterol Education
Program. (2001). ATP III Guidelines
At-A-Glance- Quick Desk Reference. US: Departement of Health and Human
Services.
National High Blood Pressure Education
Program. (2014). JNC 8 Express. US:
Departement of Health and Human Services.
JURNAL ASLINYA NAMANYA APA YA MBA
BalasHapus